Tidak
bisa disangkal bahwa era teknologi informasi telah berkontribusi
meningkatkan kesadaran berpolitik warga negara dan menciptakan
“pengamat-pengamat politik” via obrolan di teras rumah, sudut apartemen,
bandara, lobi hotel, café, restoran, kantin, warteg, smoking room, taman, dan lainnya. Ketika sebagian besar orang memegang gadget selama 24 jam, maka informasi pileg dan pilpres secara langsung dan bebas, memenuhi pikiran penikmat media on-line. Bekal informasi ini menjadi dasar obrolan-obrolan serius, berantem, cengengesan, sampai cekikikan yang mewarnai celoteh beragam komunitas. Tulisan kriteria presiden ini berupaya merangkum diskusi-diskusi yang berkembang di masyarakat.
1. Punya pengalaman memimpin suatu wilayah
Kedudukan
presiden yang memimpin wilayah secara nasional, idealnya pernah
menduduki posisi memimpin wilayah sub nasional seperti provinsi atau
kota atau kabupaten. Alasannya sederhana, posisi presiden berhubungan
dengan kebijakan-kebijakan yang cenderung di awang-awang, sehingga perlu
punya pengalaman dalam pelaksanaan dan operasional yang membumi. Dengan
pengalaman melaksanakan program pembangunan secara nyata di level
kabupaten atau kota atau provinsi, maka ketika menjadi presiden
diharapkan akan menyusun kebijakan yang dapat dilaksanakan dan
bermanfaat untuk kepentingan masyarakat.
Bayangkan
seandainya memiliki presiden yang tidak pernah menjalankan program
pembangunan secara nyata, maka tidak akan mampu memposisikan diri dalam
koridor pembangunan nasional. Akibatnya kebijakan-kebijakan yang diambil
terasa mengambang dan tidak berpijak pada realitas, akhirnya hanya
menciptakan kebijakan yang tidak bisa dilaksanakan dan tidak membawa
manfaat. Seandainya menggantungkan diri pada kapasitas kabinet, maka
diharapkan kabinet yang mendukung kerja presiden harus professional,
tidak sekedar berbagi posisi menteri karena koalisi.
2. Tidak korupsi
Seorang
presiden semestinya pribadi yang sudah selesai dengan dirinya.
Maksudnya antara lain seorang presiden tidak lagi berurusan dengan
mencari pekerjaan atau berbinis untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Penjelasannya ia telah memiliki cukup materi untuk menghidupi keluarga
yang baik, istri dan anak-anak yang terhormat serta tidak mengagungkan
hedonisme. Keluarga yang tidak merongrong dan menyudutkan untuk berbuat
berlebihan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan keluarga
harmonis yang selalu mendukung, maka diharapkan presiden dapat mengabdi
penuh untuk kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat.
Tidak
ada masyarakat suatu negara yang rela bumi dan segala kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai dan digunakan secara serakah untuk
kepentingan keluarga atau kelompok saja. Mobilisasi kekayaan negara
untuk kemegahan duniawi dan melanggengkan kekuasaan. Kalau presiden jauh dari hidup sederhana dan takut kehilangan kekuasaan, maka jangan harap rakyat diutamakan untuk mengenyam hidup yang sejahtera.
3. Mencintai rakyat
Darimana
tahu seorang capres mencintai rakyat kalau tidak punya rekam jejak
telah menciptakan dan melaksanakan program-program pembangunan yang
mengutamakan kepentingan rakyat? Mencintai rakyat semestinya dinilai
berdasarkan evidences, bukti-bukti. Kalau sekedar diucapkan secara retorika dalam kampanye, maaf saja.
Tidak
mudah menciptakan program yang berpihak pada rakyat. Halangan kadang
datang dari rakyat yang justru dibela. Contohnya? Menggusur rakyat yang
menghuni di badan waduk untuk mencegah banjir dan menyelamatkan jiwa
rakyat itu sendiri, akan ditentang oleh rakyat kalau tanpa solusi ganti
tempat tinggal. Mencintai rakyat namanya ketika menggusur mereka namun
juga menyediakan tempat tinggal yang layak. Tidak banyak pemimpin yang
mau dipusingkan dengan dampak kebijakan yang dijalankan, yang biasanya
memakan waktu lama, butuh proses saling memahami, dan mahal secara anggaran.
4. Memiliki karya nyata
Sekian
lama pernah menjabat di parlemen atau eksekutif tidak bisa dianggap
berkarya apabila sekedar hadir dan larut dalam pekerjaan sehari-hari.
Adakah karya nyata yang dihasilkan? Kebijakan yang telah disusun?
Program pembangunan yang pernah dijalankan? Sistem atau mekanisme yang
berhasil dikembangkan? Kalau satu pun tidak bisa dijawab, apakah layak
maju sebagai capres?
5. Cerdas bekerjasama
Kadang-kadang
ketika seseorang menjabat, ia hanya menikmati jabatan tersebut.
Rutinitas menerima laporan bawahan, menerima tamu, undangan rapat,
menjawab surat, mengadakan rapat, menandatangani usulan anggaran
instansi, dan lainnya, mencegah
berpikir untuk mencari terobosan-terobosan atas permasalan bangsa yang
menumpuk. Makanya sudah berganti gubernur atau menteri sekian kali,
namun permasalahan yang sama tetap muncul. Banjir kiriman belum
teratasi, TKW dianiaya di luar negeri masih terjadi, angka kematian ibu
melahirkan belum berkurang, impor daging sapi makin menjadi, dan
lainnya. Pemanfaatan lembaga-lembaga yang ada dan networking
yang tercipta penting dijadikan kerangka bekerjasama untuk pencapaian
suatu tujuan. Figur yang mudah cair dan dengan pemikiran terbuka
diperlukan untuk fleksibel bekerjasama menyelesaikan permasalahan yang
ada. Sulit
dibayangkan seandainya terpilih presiden yang tidak mau menerima
masukan dari kabinetnya, susah bekerjasama dengan para pihak terkait,
dan menutup diri dari potensi-potensi kerjasama nasional dan
internasional.
6. Diakui secara internasional
Susah
rasanya membayangkan Indonesia menutup diri dari pergaulan
internasional. Bagaimanapun kerjasama dengan negara lain maupun lembaga
internasional diperlukan untuk menciptaan dunia yang seimbang dan damai.
Presiden Indonesia semestinya diterima secara internasional, bukan
ditolak apalagi dimusuhi. Figur yang sejuk dan cinta perdamaian lebih
diutamakan, daripada yang cenderung agresif untuk menantang apalagi
menyerang.
Indonesia
sangat penting secara letak geografi, jumlah penduduk, negara Islam dan
demokrasi terbesar, kekuatan ekonomi, dan lainnya. Pengakuan
secara internasional, paling tidak capres telah dikenal luas,
diberitakan secara positif melalui media internasional, apakah TV,
Koran, majalah, jurnal, atau on-line.
Semoga pilpres bulan Juli bisa menjaring presiden dengan kriteria di atas untuk Indonesia yang lebih hebat.
0 komentar:
Posting Komentar